Rabu, 30 Maret 2011

PROSES PEMBENTUKAN MINYAK DAN GAS BUMI

Pemahaman tentang minyak dan gas bumi yang berasal dari material organik telah memberikan gambaran umum tentang bagaimana materi organik yang berasal dari tanaman diubah menjadi hidrokarbon. Meskipun proses perubahannya sangat rumit untuk dijelaskan, dan masih banyak hal-hal yang masih kurang dipahami, saat ini diketahui bahwa zat organik yang berasal dari tanaman dan ganggang diawetkan dengan baik apabila berada dalam sedimen halus tanpa kehadiran oksigen. Suhu rendah reaksi kimia dan biologi (disebut diagenesis) yang terjadi selama pengangkutan dan penguburan dini dalam lingkungan pengendapan merubah bahan organik. Sebagian besar senyawa kimia hadir dalam sedimen sebenarnya berasal dari bakteri, dan terbentuk sebagai bahan organik mati yang diubah menjadi jaringan mikroba.
Sebagian besar bahan organik mengalami perubahan selama diagenesis menjadi molekul-molekul yang berukuran besar, yang disebut kerogen. Kerogen berperan penting dalam penentuan asal-usul minyak dan gas bumi. Tahap awal pembentukan hidrokarbon terjadi selama proses diagenesis. mikroorganisme tertentu, yang disebut metanogen mengubah material organik menjadi metana biogenik. Adanya pembentukan metana biogenik telah cukup lama diketahui, namun hanya dalam beberapa tahun terakhir ini kita menyadari bahwa di berbagai daerah di Indonesia cadangan gas alam dapat berupa gas biogenik.

Seiring dengan bertambahnya kedalaman burial, porositas dan permeabilitas batuan akan berkurang, dan suhu akan meningkat. Perubahan ini menyebabkan berhentinya aktivitas mikroba secara bertahap, dan pada akhirnya diagenesis organik akan berhenti. Seiring dengan peningkatan suhu, reaksi termal menjadi semakin penting. Selama fase perubahan kedua yang disebut katagenesis ini, kerogen mulai terurai menjadi molekul yang lebih kecil dan lebih mobile. Pada tahap awal katagenesis, sebagian besar molekul yang dihasilkan dari kerogen masih relatif besar; ini adalah bentuk awal minyak bumi, dan disebut aspal. Pada tahap akhir katagenesis dan dalam tahap akhir, yang disebut metagenesis, produk utama terdiri dari molekul gas yang lebih kecil.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, gambaran pembentukan hidrokarbon yang relatif sederhana menjadi sedikit lebih rumit dengan bertambahnya pengetahuan tentang kerogens yang dapat terbentuk dari berbagai jenis bahan organik, atau dalam kondisi diagenesis yang berbeda-beda secara kimiawi. Perbedaan ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap generasi hidrokarbon.Setelah terbentuk, molekul minyak dan gas dapat bermigrasi dari batuan induk ke carrier beds yang lebih permeabel. Migrasi melalui carrier beds ini sering mengarah ke perangkap, di mana proses migrasi berhenti dan terjadi akumulasi hidrokarbon.


»» Baca selengkapnya.....

Prediksi Bumi Di Tahun 2012 Akan Diserang Oleh Badai Matahari

Badai Matahari Kuat pada 2012 akan Menyerang
Pada 22 September 2012 tengah malam, langit New York, Manhattan Amerika Serikat akan tertutupi oleh seberkas layar cahaya yang warna-warni.Di wilayah selatan New York ini, sangat sedikit orang yang dapat melihat fenomena aurora ini. Namun, perasaan menikmati indahnya pemandangan alam ini tidak akan berlangsung lama. Setelah beberapa detik, semua bola lampu listrik di wilayah tersebut mulai gelap dan berkedip tak menentu, kemudian sinar cahayanya dalam seketika tiba-tiba bertambah terang, dan cahaya bola lampu menjadi luar biasa terang. Selanjutnya, semua lampu mati. 90 detik kemudian, seluruh bagian Timur Amerika Serikat akan mengalami pemadaman listrik. Setahun kemudian, jutaan orang Amerika mulai mati, infrastruktur negara akan menjadi timbunan puing. Bank Dunia akan mengumumkan Amerika berubah menjadi negara berkembang. Pada saat yang sama, Eropa, China dan Jepang dan daerah lain atau negara juga akan sama seperti Amerika Serikat, berjuang dalam bencana sekali ini. bencana ini datang dari badai matahari atau solar storm yang dahsyat, terjadi pada permukaan matahari yang berjarak 150 juta km dari bumi.
Alat Deteksi Amerika Berhasil Mengambil Foto Badai Matahari
Mungkin cerita di atas kedengarannya mustahil, dalam keadaan normal matahari tidak akan bisa menyebabkan bencana besar seperti itu pada bumi. Namun, laporan khusus yang dikeluarkan oleh National Academy of Sciences, Amerika Serikat pada bulan Januari 2009 menyatakan bahwa bencana seperti ini sangat mungkin bisa terjadi. Studi tersebut disponsori oleh NASA. Dalam beberapa dekade, dalam perkembangan masyarakat manusia, peradaban Barat telah menanamkan bibit-bibit untuk kehancuran mereka sendiri. Cara hidup modern secara berlebihan yang sangat tergantung pada ilmu pengetahuan dan teknologi, secara tidak sengaja membuat kita lebih banyak terperangkap dalam suatu kondisi yang super berbahaya. Plasma balls yang dipancarkan dalam letusan permukaan matahari mungkin bisa menghancurkan jaringan listrik kita, sehingga mengakibatkan bencana dahsyat. Daniel Becker dari University of Colorado seorang ahli cuaca angkasa adalah pencetus laporan khusus dari Academy of Sciences Amerika Serikat, “Sekarang ini kita semakin dekat dengan kemungkinan bencana ini. Jika manusia tidak dapat mempersiapkan diri deng-an matang terhadap bencana badai matahari yang akan menimpa ini. Badai matahari ini mungkin akan memutuskan pasokan listrik umat manusia, sinyal ponsel, bahkan termasuk sistem pasokan air.”
Namun demikian, ada beberapa ahli yang menyatakan pandangan yang berbeda, mereka mempertimbangkan dampak badai matahari terutama terkonsentrasi di luar ruang angkasa, dan karena efek rintangan medan magnetik bumi dan atmosfir, pengaruh gangguannya tidak akan terlalu nyata terhadap kehidupan di bumi. Para ahli mengatakan, ketika aktivitas badai matahari aktif, akan terus menerus terjadi pembakaran dan peledakan pada sunspot, pada saat sejumlah besar sinar ultraviolet dilepaskan akan menyebabkan densitas lapisan ionosfir di atas angkasa bumi meningkat mendadak, menyerap habis energi gelombang pendek, sehingga gelombang pendek sinyal radio terganggu. Tetapi ponsel yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk transmisi sinyal radio tidak melalui lapisan ionosfir, sehingga pada umumnya dampak badai matahari terhadap komunikasi di permukaan bumi tidak akan signifikan. Secara teori, pada umumnya intensitas badai matahari tidak akan bisa menerobos perlindungan atmosfer dan medan magnetik bumi, hingga secara fatal mengancam spesies yang berada di bumi. Tetapi untuk badai matahari tahun 2012 para ahli khawatir mungkin menjadi pengecualian.

Mungkin Membawa Dampak Bencana Besar pada Bumi

Ilmuwan Amerika Serikat memperingatkan bahwa, pada 2012 badai matahari yang kuat di bumi akan membawa malapetaka besar pada manusia, yang akan mempengaruhi setiap aspek pada masyarakat modern sekarang. Para ahli yang mengeluarkan peringatan meng-atakan, dampak badai matahari pada bumi kemungkinan adalah “efek domino”. Coba pikirkan, bila jaringan listrik menjadi rapuh dan tidak stabil, hal-hal yang berhubungan dengan bisnis pasokan listrik juga akan menjadi korban: peralatan refrigeration berhenti, makanan dan obat-obatan yang tersimpan dalam ruang berpendingin dalam jumlah besar akan kehi-langan kondisi penyimpanan dan rusak; pompa tiba-tiba berhenti berfungsi, air minum pada masyarakat akan menjadi masalah. Selain itu, karena gangguan pada sinyal satelit, sistem posisi GPS akan menjadi sampah. Sebenarnya pada awal 1859 pernah terjadi kasus serupa, peledakan badai matahari saat itu bahkan me-ngakibatkan jaringan telegram terbakar rusak. Tentu saja sekarang ini di bumi sudah dipenuhi oleh fasilitas kabel dan nirkabel, tetapi fasilitas ini sulit menahan ujian badai matahari.
Ketika badai matahari kuat menyerang, umat manusia di bumi akan menghadapi dua masalah besar. Pertama, adalah tentang masalah jaringan listrik modern sekarang. Jaringan listrik modern sekarang pada umumnya menggunakan tegangan tinggi untuk mencakup daerah lebih luas, ini akan memungkinkan operasi jaringan listrik lebih efisien, Anda bisa mengurangi kerugian selama transmisi listrik, juga kerugian listrik karena produksi yang berlebihan. Namun, secara bersama ia juga menjadi lebih rentan terhadap serangan cuaca ruang angkasa. transmisi jaringan akan menjadi sangat rentan dan tidak stabil, atau bahkan mungkin menyebabkan terhenti secara total. dan ini hanya merupakan efek domino yang pertama, selanjutnya mungkin juga akan menyebabkan “lalu lintas lumpuh, komunikasi terputus, industri keuangan runtuh dan fasilitas umum kacau; pompa berhenti menyebabkan pasokan air minum terputus, kurangnya fasilitas pendingin, makanan dan obat-obatan sulit disimpan secara efektif. Para ilmuwan telah memperkirakan bila ada intensitas badai matahari kuat mungkin dapat menyebabkan kerugian sosial dan ekonomi manusia, hanya pada tahun pertama saja kerugiannya mencapai 1-2 triliun dollar AS, sementara pemulihan dan rekonstruksinya diperlukan setidaknya 4-10 tahun
Isu yang kedua adalah tentang masalah sistem jaringan listrik yang saling ketergantungan yang dukungan kehidupan modern kita, seperti masalah air dan penanganan limbah, masalah infrastruktur logistik supermarket, masalah pengendalian gardu listrik, pasar keuangan dan lainnya yang tergantung pada listrik. Jika dua masalah digabung jadi satu, kita dapat dengan jelas melihat bahwa peristiwa kemungkinan muncul kembalinya badai matahari Carrington sangat mungkin akan menyebabkan bencana besar yang langka. Adviser laporan khusus dari National Academy of Sciences Amerika Serikat dan analis daya listrik industri John Kappenman menganggap “Bencana seperti ini dibandingkan dengan bencana yang biasa kita bayangkan secara total berlawanan. biasanya wilayah kurang berkembang rawan serangan bencana, namun dalam bencana ini, wilayah yang semakin berkembang lebih rentan terhadap serangan bencana.”

Manusia Belum Mempersiapkan Diri

Kita sebagai Manusia yang hidup di Bumi ini, tinggal menunggu waktu untuk mengakhiri kehidupan Dunia ini, Rasulullah sudah mengingatkan kita jauh-jauh hari tentang tanda-tanda kiamat ini, bahwa Rasulullah mengisyaratkan dengan DUA JARInya yang saling berdekatan, itu tandanya memang KIAMAT sudah sangat dekat akan terjadi, Seperti dalam Firman Allah Azza wa Jalla dalam Al-Qur’an “…tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi)…” (QS. An-Nahl:77)
Jadi, marilah kita sebagai hamba Allah dengan penuh kerendahan di hadapan Allah untuk bertaubat atas segala dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini, dan menggantinya dengan banyak-banyak beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla, oleh karena itu dengan kehidupan yang singkat ini banyak-banyaklah kita mengumpulkan bekal untuk menuju kehidupan yang lebih kekal dan abadi selama-lamanya, amiin…
Semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi diri saya pribadi…
»» Baca selengkapnya.....

Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi

Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?
Bintang Raksasa Merah. Impresi artis. source : Universetoday
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang, Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).
Perjalanan evolusi Matahari sejak lahir sampai menjadi bintang katai putih.
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.Zona Laik Huni yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / laik huni dalam Tata Surya. Zona laik huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.
Terbitnya bintang raksasa merah. Impresi artis. Sumber: Jeff Bryant's Space Art.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA – 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area Sabuk Kuiper, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.
Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah. Copyright William K. HartmannSaat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.
Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat tersebut.Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.
»» Baca selengkapnya.....

Ilmu Bumi dan Astronomi

Agama Islam telah melahirkan banyak ilmu pengetahuan. Semuanya bersumber dari Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Para intelektual dan cendekiawan Muslim senantiasa menggali ilmu pengetahuan dalam Islam. Hasilnya, sungguh mengagumkan. Berbagai karya mereka hingga kini telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh umat manusia di dunia ini.Dan hasil karya mereka itu, sebagaimana dikutip dalam Ensiklopedi Ternate Dunia Islam, bukan hanya melalui buku-buku, tetapi bukti ilmiah dengan ragam karya yang menakjubkan. Mulai dari ilmu bumi, matematika, fisika, kimia, astronomi, tata surya, kedokteran, pertanian, hingga pertambangan.

Ilmu Bumi

Ilmuwan-ilmuwan Muslim tradisional sangat memerhatikan bumi dan segala isinya. Dalam tradisi Islam, ilmu bumi tak dapat dipisahkan dengan ilmu langit atau astronomi. Sementara dalam dunia modern, khazanah ilmu tentang bumi terpecah menjadi beberapa disiplin ilmu, yaitu geografi, geologi, dan geofisika meteorologi.Ahli ilmu bumi pertama dalam sejarah Islam adalah Hisyam al-Kalibi, yang termasyhur pada awal abad ke-9. Ahli ilmu bumi lainnya, di antaranya Muhammad bin Musa al-Khawarizmi yang membuat peta globe (dunia) pertama.Pada abad yang sama, seorang filsuf besar Islam, al-Kindi, mengarang sebuah buku berjudul, Keterangan tentang Bagian Bumi yang Berpenghuni, dan al-Yaqubi yang menulis Buku tentang Negeri-negeri yang terkenal karena studi topografisnya.Nama lainnya adalah Al-Biruni dengan karyanya, al-Atar al-Baqiyah fi Qanun al-Khaliyah, yang membahas tentang sejarah dan geografi zaman dahulu. Kemudian, Ibnu Sina dengan karyanya, Asy-Syifa, yang membahas tentang terbentuknya batu-batuan, gunung, gempa bumi, dan gunung berapi, serta fosil-fosil hewan laut yang ada di daratan yang jauh dari pantai.
Pada abad ke-12, seorang ahli geografi terkenal, al-ldrisi, menyusun sebuah risalah geografi yang diberi judul, Kitab Nazhah al-Muslak fi Ikhtira al-Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala).Selanjutnya, muncul Ibnu Galib di Granada, Spanyol (Andalusia), yang menulis geografi dan sejarah Spanyol. Lalu, ada Qutubuddin asy-Syirazi (1236-1311) dan Yaqut ar-Rumi (1179-1229) yang menulis peta Laut Putih (Laut Tengah) dan Mujam al-Buldan (Ensiklopedi Negeri-negeri).

Ilmu Astronomi

Sementara di bidang astronomi, peradaban Islam telah melahirkan sejumlah ilmuwan, seperti al-Kindi yang menulis sejumlah buku astronomi. Di antaranya adalah Risalah fi Masail SuHa anha min Ahwal al-Makasib (Jawaban Persoalan tentang Planet-planet) dan Risalah Fi Jawab Masail Tabiiyyah fi Kaifiyyat Nujumiyyah (Jawaban tentang Persoalan Fisika dan Perihal Bintang bintang).Adalah Abu Hassan at-Tamimi menerjemahkan karya besar astronomi Persia pra-lslam Zij-i Syahi atau Zij-i Syariyari (Tabel Raja), yang kemudian diberi komentar oleh Abu Masyar (dikenal di Eropa sebagai Albumasar).
Kemudian, Muhammad al-Fazari adalah astronom resmi pertama Dinasti Abbasiyah yang mengoreksi tabel yang ada berdasarkan teks astronomi India Siddhanta yang ditulis oleh Brahmagupta. Kitab ini merupakan rujukan utama hingga masa Khalifah al-Mamun. Ia juga mengarang beberapa syair astronomis dan dikenal sebagai pembuat astrolab pertama di kalangan Muslim.Sementara Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, seorang astronom sekaligus matematikawan, menyusun tabel astronomi Zij as-Sindin (Tabel India) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Adelard dari Bath dan sangat populer di Eropa pada abad pertengahan.Astronom lainnya, Habasyi al-Hasib al-Marwazi, telah melakukan observasi sejak usia lima belas tahun. Al-Fargani (Alfraganus) sekitar tahun 860 M menulis Kitab Usul al-Falak (Prinsip-prinsip Astronomi) dan Jawami Hm an-Nujum wa Usul al-Harakah as-Samawiyyah (Penjelasan Lengkap tentang Bintang dan Prinsip-prinsip Gerakan Langit).Selanjutnya, Al-Biruni juga dikenal sebagai seorang astronom. Ia menulis buku al-Qanun al-Masudi fi al-Haiah wa an-Nujum (Hukum Masudi tentang Aspek Kelangitan dan Bintang-bintang). Ia berhasil menghitung garis bujur beberapa kota berdasarkan pengamatan gerhana. Al-Biruni juga menemukan tujuh cara yang berbeda untuk menemukan arah utara dan selatan, dan menemukan teknik matematis untuk menentukan dengan tepat awal musim-musim.nidia ed sya

»» Baca selengkapnya.....